‘Aku Tulis Pamplet Ini’ Puisi WS Rendra Kritik Lembaga Pemerintah

- 17 September 2022, 22:05 WIB
Penyair dan sastrawan, Ws Rendra
Penyair dan sastrawan, Ws Rendra /Tangkapan Layar Kanal YouTube/Shaumi/

KEBUMEN TALK - Belakangan Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Banyak hal dan permasalahan yang muncul.

Dari kenaikan harga BBM, kasus korupsi yang kian marak, pembunuhan berencana terhadap Brigadir J, hingga kebijakan-kebijakan yang dinilai merugikan masyarakat.

WS Rendra penyair kondang Indonesia memberikan kritikan kepada lembaga pemerintah tentang kepedihan nasib, ketidakpastian janji pemerintah, dan manipulasi.

Baca Juga: Bawaslu Kebumen Buka Pendaftaran Panwascam untuk Pemilu 2024, Simak Syarat dan Cara Mendaftarnya

Karyanya yang dibuat pada tahun 1978 ini ternyata masih sangat relate dengan kondisi Indonesia saat ini.

Nah, berikut puisi karya WS Rendra:

AKU TULIS PAMPLET INI

Aku tulis pamplet ini

karena lembaga pendapat umum

ditutupi jaring labah-labah

Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,

Baca Juga: Mobil Xenia Milik Warga Kebumen Ludes Terbakar saat Akan Dipanasi Mesinnya, Polisi Ungkap Penyebabnya

dan ungkapan diri ditekan

menjadi peng–iya–an

Apa yang terpegang hari ini

bisa luput besok pagi

Ketidakpastian merajalela.

Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki

menjadi marabahaya

menjadi isi kebon binatang

Baca Juga: Francesco Bagnaia Raih Pole Position MotoGP Aragon, Marc Marquez Start ke-13

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,

maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam

Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.

Tidak mengandung perdebatan

Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan

Aku tulis pamplet ini

karena pamplet bukan tabu bagi penyair

Aku inginkan merpati pos.

Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku

Baca Juga: Diduga Bantu Bjorka, Pemuda 21 Tahun Asal Madiun jadi Tersangka, Ini Penjelasakan Polisi

Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

Aku tidak melihat alasan

kenapa harus diam tertekan dan termangu.

Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.

Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran?

Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.

Baca Juga: Bupati Launching Bodronolo, Bumdesma Pertama di Kebumen yang Berbadan Hukum

Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.

Rembulan memberi mimpi pada dendam.

Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah

yang teronggok bagai sampah

Kegamangan. Kecurigaan.

Baca Juga: Cara Mudah Membuat Tempat Lilin Dekoratif, Murah dan Cantik !

Ketakutan.

Kelesuan.

Aku tulis pamplet ini

karena kawan dan lawan adalah saudara

Di dalam alam masih ada cahaya.

Matahari yang tenggelam diganti rembulan.

Lalu besok pagi pasti terbit kembali.

Baca Juga: Sirkuit Aragon Dikritik Para Pembalap MotoGP, Francesco Bagnaia Justru Beri Pujian

Dan di dalam air lumpur kehidupan,

aku melihat bagai terkaca :

ternyata kita, toh, manusia!

Pejambon Jakarta 27 April 1978

Potret Pembangunan dalam Puisi

Baca Juga: Panwascam Dapat Memberhentikan Pengawas TPS: Ini Tugas, Kewajiban dan Kewenangan Panwaslu Kecamatan

Demikian puisi WS Rendra tentang ‘Aku Tulis Pamplet Ini’. Semoga bermanfaat.***

Editor: Sudarno Ahmad Nashori

Sumber: Youtube Zen Frara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x