KEBUMEN TALK - Belakangan Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Banyak hal dan permasalahan yang muncul.
Dari kenaikan harga BBM, kasus korupsi yang kian marak, pembunuhan berencana terhadap Brigadir J, hingga kebijakan-kebijakan yang dinilai merugikan masyarakat.
WS Rendra penyair kondang Indonesia memberikan kritikan kepada lembaga pemerintah tentang kepedihan nasib, ketidakpastian janji pemerintah, dan manipulasi.
Baca Juga: Bawaslu Kebumen Buka Pendaftaran Panwascam untuk Pemilu 2024, Simak Syarat dan Cara Mendaftarnya
Karyanya yang dibuat pada tahun 1978 ini ternyata masih sangat relate dengan kondisi Indonesia saat ini.
Nah, berikut puisi karya WS Rendra:
AKU TULIS PAMPLET INI
Aku tulis pamplet ini
karena lembaga pendapat umum
ditutupi jaring labah-labah
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
dan ungkapan diri ditekan
menjadi peng–iya–an
Apa yang terpegang hari ini
bisa luput besok pagi
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki
menjadi marabahaya
menjadi isi kebon binatang
Baca Juga: Francesco Bagnaia Raih Pole Position MotoGP Aragon, Marc Marquez Start ke-13
Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan
Aku tulis pamplet ini
karena pamplet bukan tabu bagi penyair
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku
Baca Juga: Diduga Bantu Bjorka, Pemuda 21 Tahun Asal Madiun jadi Tersangka, Ini Penjelasakan Polisi
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.
Aku tidak melihat alasan
kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.
Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Baca Juga: Bupati Launching Bodronolo, Bumdesma Pertama di Kebumen yang Berbadan Hukum
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.
Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah
yang teronggok bagai sampah
Kegamangan. Kecurigaan.
Baca Juga: Cara Mudah Membuat Tempat Lilin Dekoratif, Murah dan Cantik !
Ketakutan.
Kelesuan.
Aku tulis pamplet ini
karena kawan dan lawan adalah saudara
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Baca Juga: Sirkuit Aragon Dikritik Para Pembalap MotoGP, Francesco Bagnaia Justru Beri Pujian
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
aku melihat bagai terkaca :
ternyata kita, toh, manusia!
Pejambon Jakarta 27 April 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi
Baca Juga: Panwascam Dapat Memberhentikan Pengawas TPS: Ini Tugas, Kewajiban dan Kewenangan Panwaslu Kecamatan
Demikian puisi WS Rendra tentang ‘Aku Tulis Pamplet Ini’. Semoga bermanfaat.***