Ini Tradisi Menyambut Ramadhan, Nabuh Bedug Beduk Blandrangan di Menara Kudus, Simak Penjelasannya

- 3 April 2022, 03:45 WIB
tradisi nabuh bedug di Menara Kudus
tradisi nabuh bedug di Menara Kudus /jatengprov.go.id/
 
KEBUMEN TALK - Nabuh Beduk Blandrangan merupakan tradisi yang menandai awal bulan puasa keeseokan harinya.
 
Tidak ada yang tahu persis sejak kapan tradisi tabuh beduk dimulai. Namun diyakini kebiasaan itu dilakukan sejak para leluhur secara turun-temurun.
 
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) Kabupaten Kudus, EM Najib Hasan menuturkan, Tabuh Beduk Blandrangan itu sudah ada sejak lama, sebagai tanda jika keesokan harinya sudah pasti datang bulan Ramadan.
 
 
Diketahui, sejumlah orang berpakaian putih, bersarung dan mengenakan ikat kepala menabuh beduk di atas Menara Kudus, Sabtu 2 April 2022 sore.
 
Irama tetabuhan mengiringi lantunan selawat itu, terdengar merdu tanpa menggunakan pengeras suara sebagaimana dilansir dari Jatengprov.go.id.
 
Sementara, warga antusias menyaksikan tradisi turun temurun yang biasa disebut Tabuh Beduk Blandrangan. Tak sedikit dari mereka yang mengabadikan momen tersebut menggunakan ponsel pribadi.
 
 
 
Pada perkembangannya tradisi dikemas lebih menarik. Seperti ziarah ke makam Sunan Kudus dan makan kuliner bersama. Di lokasi telah tersedia makanan khas seperti soto, puli kotokan, pecel menitran, dan intip ketan.
 
“Nah, cuma sekian lama hanya nabuh beduk saja. Baru beberapa tahun lalu mulai didokumentasikan dan dikemas lebih menarik lagi. Sekarang ada ziarah bareng, dan makan kuliner khas bareng, biar nampak indah. Ini menjadi pestanya warga kauman (sekitar),” ujarnya.
 
Menurut Najib, Menara Kudus memang berfungsi untuk mengumandangkan adzan, serta mengumumkan agenda penting keagamaan, seperti datangnya Ramadan.
 
 
“Saya tidak berani memastikan apakah ini tradisi dari Sunan Kudus atau tidak. Tapi memang saya kecil sudah ada, sudah ada sejak zaman kuno. Yang namanya menara itu dari awal untuk melantunkan azan, dan mengumumkan agenda penting keagamaan, seperti awal puasa,” terangnya.
 
Dijelaskan, tradisi Tabuh Beduk Blandrangan berbeda dengan Dhandhangan. Kalau Dhandhangan merupakan inisiatif masyarakat yang menunggu waktu dimulainya bulan puasa. Mereka menjajakan suvenir dan berbagai barang, serta makanan khas Ramadan.
 
“Berbeda, kalau Dhandhangan itu inisiatif masyarakat untuk menunggu datangnya bulan Ramadan dengan ramai menjual suvenir."
 
 
"Tapi kalau Tabuh Beduk Blandrangan itu sebagai tanda masuknya awal Ramadan. Sehingga, Blandrangan itu bisa dilakukan jika awal puasa sudah dipastikan besoknya,” tandasnya.
 
***

Editor: Muhammad Khasbi M.

Sumber: Jatengprov.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x