Seorang jemaah dengan perawakan kurus, berkaos oblong, dan bersarung sibuk mencatat hasil timbangan di form beberapa kemasan paket yang terbungkus rapat dililit lakban coklat. Jemaah lainnya mengerumuni dan membantu membacakan data si pemilik paket dan alamat tujuan pengiriman.
Paket bungkusan dengan beragam ukuran, tertera jelas nama si pengirim dan alamat tujuan pengiriman salah satunya bernama H. Kiswantoro/Syamsiar dengan alamat Jl. Pahlawan, Kab. Lamongan Jawa Timur, tertulis juga nomor telepon selularnya.
Muhammad Fuad (60) jemaah asal Lamongan mengatakan, ia bersama sejumlah jemaah lainnya mengirimkan barang belanjaannya selama haji melalui jasa ekspedisi pengiriman barang yang datang ke hotel tempat ia menginap.
“Karena ketentuan barang bawaan yang dibatasi, maka karpet hambalan, pakaian gamis, dan oleh-oleh khas Arab lainnya yang dibeli di Tanah Suci kita kirim melalui jasa pengiriman,” kata Fuad yang berprofesi sebagai pedagang ikan tawar.
“Harga per kilonya 6 real, dan karena menggunakan jasa pengiriman via laut, estimasi sampai di rumah 1 bulan lebih,” lanjut Fuad, Minggu 17 Juli.
Ibadah haji tidak hanya menjadi momentum memperbanyak ibadah khususnya di dua masjid suci Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Kota Madinah serta tempat bersejarah lainnya, tapi juga menjadi kesempatan jemaah untuk berbelanja barang yang sejatinya dapat di beli di Tanah Air.
Tak heran, nyaris toko-toko yang berada di Kawasan jemaah haji Indonesia menginap tertulis banner Toko Indonesia dengan bendera merah putih mencolok, tentu untuk menarik perhatian jemaah Indonesia belanja.
Para pelayan tokonya fasih berbahasa Indonesia meski untuk kosakata terbatas seperti “Murah” “100 ribu rupiah”, “terima kasih”, “bagus”, dan kosakata lainnya.