Kelompok Klitih, Apa dan Siapa Sebenarnya Kelompok Ini yang Tewaskan Anak DPRD Kebumen di Yogyakarta?

5 April 2022, 11:05 WIB
ilustrasi Kelompk Klitih Yogyakarta /Ilustrasi Pixabay/

 

 

KEBUMEN TALK - Begini sejarah kelompok Klitih di Yogyakarta yang diketahui menjadi biang hilangnya nyawa pelajar asal Kebumen yang sedang menempuh pendidikan di SMA 2 Muhammadiyah.

Diketahui juga jika pelajar yang menjadi korban tersebut merupakan anak seorang DPRD Kebumen dan kini 5 April 2022 sudah dimakamkan dengan tenang di Kebumen.

Lalu siapa dan apa itu sebenarnya Klitih itu? Berikut ini simak penjelasan sejarah dan perkembangan kelompok Klitih Yogyakarta sebagaimana dikutip KebumenTalk.com dari Repository.umy.ac.id.

Baca Juga: Pelatih Liverpool, Jurgen Klopp Sanjung Tinggi Benfica Jelang Babak 16 Besar Liga Champions

Apa dan Siapa itu Klitih: Sejarah dan Perkembangan Klitih Yogyakarta

Klitih adalah fenomena kenakalan remaja yang mengarah pada tindakan kriminalitas mengatasnamakan sekumpulan remaja dalam geng sekolah yang saling serang dengan sasaran pelajar dan masyarakat umum. Klitih merupakan istilah yang merujuk kepada Pasar Klitikan Yogya.

Dulu, artinya adalah melakukan aktivitas yang tidak jelas dan bersifat santai sambil mencari barang bekas dan Klitikan. Sementara istilah Nglitih digunakan untuk menggambarkan kegiatan jalan-jalan santai.

Budaya kekerasan yang dilakukan oleh pelajar di Yogyakarta sudah ada sejak era 1980-an dan 1990-an. Kekerasan yang dilakukan pelajar pada masa itu dilakukan oleh dua geng besar yang legendaris, yaitu QZRUH dan JOXZIN. QZRUH merupakan singkatan dari Q-ta Zuka Ribut Untuk Tawuran.

Baca Juga: Jadwal Liga Champions: Head to Head Benfica vs Liverpool dan Rencana Besar Jurgen Klopp Redam Raksasa Portugal

Geng ini "menguasai" wilayah Yogyakarta bagian utara. Sementara JOXZIN merupakan singkatan dari Joxo Zinthing atau Pojox Benzin (pojokan pom bensin alun-alun) atau Jogja Zindikat.

Geng ini "menguasai" Malioboro hingga Yogyakarta bagian utara. Seiring berjalannya waktu, klitih mengalami pergeseran makna.

Klitih kini identik dengan aksi kekerasan yang dilakukan oleh pelajar SMP dan SMA. Tidak ada yang tahu kapan pertama kali istilah ini muncul dan mengalami pergeseran makna.

Baca Juga: Wuuu....Buntut Tamparan Will Smith, Film yang Dibintanginya Dihentikan Hingga Diejek di Grammy 2022

Namun disinyalir, istilah ini muncul untuk mengganti kata tawuran, setelah peristiwa pembacokan yang marak terjadi sepanjang 2011 sampai 2012.

Klitih sempat redup sekitar tahun 2013, ketika kepolisian setempat mampu meredam aksi kekerasan yang dilakukan oleh kalangan pelajar ini hingga jauh berkurang.

Namun istilah ini kembali populer setelah tahun 2014, korban kembali berjatuhan akibat klitih. Korban tidak hanya sesama pelajar, tapi juga mahasiswa dan masyarakat umum.

Baca Juga: Astagfirulloh... Hasil Wajib Lapor Dea OnlyFans: 'Kauntungan Video Porno Hanya untuk Diri Sendiri'

Pelaku klitih ini biasanya terdiri lebih dari satu orang menggunakan senjata tajam seperti pedang, golok, dan ada juga gir sepeda motor yang telah dimodifikasi. Aksi klitih kebanyakan dilakukan pelaku di malam hari.

Para pelaku melakukan aksi kekerasan tidak pandang bulu. Bahkan kebanyakan mereka menyerang orang yang tidak dikenalnya. Ruas jalan yang sepi hingga tempat nongkrong, seperti warung bubur kacang ijo (Burjo) atau warung kopi menjadi incaran para pelaku klitih.

Tidak hanya luka senjata tajam yang diderita korban. Beberapa kejadian klitih bahkan membuat nyawa orang tak bersalah melayang. Istilah klitih kini juga sering digunakan pihak kepolisian dan pemerintah di daerah Yogyakarta.

Baca Juga: Woww...Siswa Madrasah Ini Diterima 5 Perguruan Tinggi Negeri, Salah Satunya di Belanda

Bahkan pada akhir 2016 lalu, saat laporan akhir tahun Polda DIY menggunakan klitih untuk menggambarkan kekerasan di kalangan pelajar. Polda DIY mencatat ada 43 kejadian klitih di wilayah setempat.

Namun jika ditengok kembali pada sekitar tahun 2007, istilah klitih sangat berbeda jauh. Klitih sama sekali tidak berbau dengan kekerasan. Klitih pada masa itu diartikan melakukan kegiatan di luar rumah pada malam hari.

Klitih istilah yang digunakan pemuda di Yogyakarta untuk berjalan-jalan dan bermain bersama teman-teman. Penggunaan kata klitih sebagai gambaran kekerasan itu diperkirakan mulai sekitar tahun 2014.

 

***

Editor: Muhammad Khasbi M.

Sumber: umy.ac.id

Tags

Terkini

Terpopuler