KEBUMEN TALK - Diguyur hujan selama empat hari tanpa henti, Selandia Baru terendam banjir. Sebanyak 411 rumah telah mengungsi.
Penduduk dievakuasi dari Nelson sebanyak 1.200 orang. Penduduk mengungsi ke Puncak Pulau Selatan, Selandia Baru.
Rachel Reese, Walikota Nelson, mengatakan kepada media bahwa untuk mengembalikan kondisi seperti semula perlu waktu bertahun-tahun.
Banjir yang menerjang Selandia Baru telah menyebabkan banyak kerusakan di jalan dan rumah.
Hujan yang datang terus-menerus selama empat hari menjadi penyebab banjir, selain itu cuaca basah juga memperburuk kondisi Lanskap di Selandia Baru.
“Saat ini, kondisi cuaca basah tidak sesuai dengan musim, ditambah aliran uap air yang berada di atas Selandia Baru sempit” jelas para ahli dikutip KebumenTalk.com dari Theguardian.com
Alec Louverdis, Kontroler Kelompok Pertahanan Sipil Lokal merasa terpukul atas musibah besar yang menimpa Selandia Baru.
“Kerusakan yang saya lihat sangat memilukan, kemungkinan butuh waktu bertahun - tahun untuk memulihkan keadaan” kata Alec Louverdis.
Menurut Louverdis, pantauan cuaca agak membaik. Namun, ancaman bahaya tanah longsor menghambat upaya untuk memulangkan orang dengan aman ke rumah mereka.
Dr. Daniel Kingston, dosen geografi di Universitas Otago mengatakan penyebab banjir di Selandia Baru dipengaruhi oleh perubahan iklim.
“Perubahan iklim dan pemanasan suhu udara pada permukaan laut kemungkinan memainkan peran atas meluapnya sungai atmospheric” Jelas Daniel Kingston.
“Hal ini terkait dengan jumlah debit air sungai atmospheric yang lebih tinggi dari biasanya, padahal sungai ini jarang memiliki debit air yang tinggi saat musim dingin” sambung Daniel Kingston.
Dr. Daniel Kingston, menambahkan cuaca yang ekstrim di Selandia Baru juga disebabkan karena sungai atmospheric mengalami kenaikan suhu, sehingga meningkatkan kelembaban dan memungkinkan terjadinya hujan lebat.***