Habib Rizieq, Pengamat: Seharusnya Kooperatif

- 8 Desember 2020, 15:31 WIB
Habib Rizieq Shihab (HRS)./
Habib Rizieq Shihab (HRS)./ /MUHAMMAD IQBAL/ANTARA FOTO

KEBUMEN TALK - Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Muhammad Rizieq Shihab, pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati berpendapat seharusnya kooperatif memenuhi panggilan Polri dalam pemeriksaan dugaan pelanggaran protokol kesehatan Covid-19.

"Kita harus melihat yang terjadi saat ini adalah suatu kondisi sebab akibat. Dari awal jika MRS tidak biarkan pengikutnya lakukan kerumunan di tengah situasi pandemik Covid-19, maka tidak akan ada reaksi dari aparat baik Polri maupun TNI," kata Susaningtyas sebagaimana dikutip KebumenTalk.com dari ANTARA, Selasa, 8 Desember 2020.

Hal itu menanggapi peristiwa penghadangan anggota Laskar FPI, kata Susaningtyas terhadap aparat kepolisian yang berujung pada tewasnya 6 anggota pengawal Rizieq pada di Jalan Tol Jakarta-Cikampek Km 50, Senin, 7 Desember dini hari.

Baca Juga: Serang Polisi Saat Bertugas, Enam Pengikut Rizieq Shihab Ditembak Mati

Dirinya, meski demikian, menyarankan agar aparat kepolisian melakukan evaluasi pemakaian senjata api oleh anggotanya.

"Bila betul senjata-senjata yang ditunjukkan Kapolda Metro Jaya Irjen M Fadil Imran dan Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurrachman adalah senjata milik anggota FPI, maka pembelaan Polri atas jiwa anggotanya yang terancam bisa diterima," tutur Susaningtyas.

Dibentuknya tim independen untuk mengusut kasus tersebut dirinya pun menyetujui, namun tim ini harus objektif yang diisi oleh para ahli hukum.

Baca Juga: Video Oknum Polisi Ancam Habib Rizieq Viral, Polisi Mendatangkan Dokter

"Saya tidak sepakat kalau tim independen terdiri dari orang-orang parpol karena pendapatnya sedikit banyak bersifat politis. Saya rasa anggota tim terdiri pihak independen objektif contohnya seperti para ahli hukum," ucap Nuning menjelaskan.

Komunikasi politik dalam menyelesaikan masalah ini, juga harus baik sehingga tidak ada kesalahpahaman karena tidak semua publik paham hukum

TNI dan Polri, kata wankta yang biasa disapa Nuning ini, pun harus memiliki pembacaan dalam konteks intelijen bahwa yang terjadi ini siapa tahu merupakan sebuah "tes ombak" (test the water) untuk suatu aksi perlawanan yang lebih besar serta membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.

Baca Juga: Haikal Akan Menyampaikan, Terkait Habib Rizieq Diminta Jadi Juru Damai Papua

"Oleh karenanya, penanganan terhadap organisasi yang memiliki mashab intoleran dan radikal harus tegas. Jangan tanggung dan sedapat mungkin terukur. Negara tidak boleh kalah dengan premanisme," ujarnya menegaskan.

Dalam kesempatan itu, Nuning pun meminta pimpinan TNI dan Polri untuk membersihkan prajurit-nya dari ideologi menyimpang yang berpihak terhadap intoleransi/radikalisme.***

Editor: Fathurohman Wahid

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x