KEBUMEN TALK - Revolusi akhlak yang dia gaungkan sejak kedatangannya di Indonesia, bukanlah seruan untuk makar ataupun bentuk pemberontakan kepada pemerintah, hal demikian diungkapkan Pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.
Secara virtual, hal itu dia sampaikan dalam acara Reuni 212 yang dilakukan melalui 'Dialog Nasional 100 Ulama dan Tokoh'.
"Jangan ada yang berpikir kalau revolusi akhlak itu, revolusi bersenjata atau revolusi pemberontakan, gak betul. Kami ini, para Habaib di Indonesia ini dididik guru-guru kami, kami tidak boleh melakukan pemberontakan kepada pemerintahan yang sah," kata Habib Rizieq.
Baca Juga: KH Said Aqil Siradj Positif Covid-19, Netizen : Jangan Kaya Habib Rizieq Lari dari Rumah Sakit
Pemerintahan yang sah, menurutnya, yang telah diterima oleh rakyat, suka atau tidak suka, adil atau tidak adil, tetap harus diakui sebagai pemerintahan.
"Tapi kita harus bersikap objektif. Apapun kebijakan yang dikeluarkannya yang bagus, yang baik, harus kita apresiasi, kita jalankan bersama. Adapun kebijakan-kebijakan yang tidak populer, yang membahayakan keselamatan bangsa dan negara, kebijakan yang menindas rakyat, ya wajib kita kritisi," tutur Habib Rizieq.
Sikap mengkritik pemerintah, jelas dia, bukanlah suatu tindakan makar ataupun pemberontakan, sebagaimana diberitakan Bekasi.Pikiran-Rakyat.com dalam artikel "Tegaskan Revolusi Akhlak Bukan Pemberontakan, HRS Minta Setop Kegaduhan dan Kezaliman".
Baca Juga: Terkait Tes Swab Rizieq, Polri Akan Periksa 4 Direktur RS Ummi
"Nah mengkritik pemerintahan yang sah, itu bukan makar. Mengkritik pemerintahan yang sah, itu bukan pemberontakan. Ini yang perlu saya jelaskan. Jadi gak betul, gak ada itu kita niatan seperti itu," ujar Habib Rizieq.